Tuesday, May 18, 2010

ISU JUDI BOLA : PILIH DOSA ATAU GELARAN JAHIL

بسم الله الرحمن الرحيم

Allahu Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :-

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bahawa sesungguhnya arak dan judi dan pemujaan berhala dan mengundi nasib dengan batang-batang anak panah, adalah (semuanya) kotor (keji) dari perbuatan Syaitan. Oleh itu hendaklah kamu menjauhinya supaya kamu berjaya."(al-Maaidah: 90)

إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ

"Sesungguhnya Syaitan itu hanyalah bermaksud mahu menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu dengan sebab arak dan judi dan mahu memalingkan kamu daripada mengingati Allah dan daripada mengerjakan sembahyang. Oleh itu, mahukah kamu berhenti (daripada melakukan perkara-perkara yang keji dan kotor itu atau kamu masih berdegil)?" (al-Maaidah : 91)

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَاحْذَرُوا فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا عَلَى رَسُولِنَا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ

"Dan taatlah kamu kepada Allah serta taatlah kepada Rasul Allah dan awaslah (janganlah sampai menyalahi perintah Allah dan RasulNya). Oleh itu, jika kamu berpaling (enggan menurut apa yang diperintahkan itu), maka ketahuilah, bahawa sesungguhnya kewajipan Rasul Kami hanyalah menyampaikan (perintah-perintah) dengan jelas nyata."(al-Maaidah : 92)

Rasulullahi Sallahu alaihi wa sallam bersabda :-

إِنَّ الْحَلَالَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ

"sesungguhnya yang halal itu jelas dan sesungguhnya yang haram itu jelas" (riwayat al-Bukhari & Muslim)

Sabdanya lagi :-

اتَّقِ الْمَحَارِمَ تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ

"jauhilah perbuatan haram, nescaya engkau menjadi orang yang paling taat beribadah.." (riwayat at-Tirmidzi & Ahmad)

Sabdanya lagi :-

مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَافْعَلُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ

"apa yang aku tegahkan /larang kamu daripadanya, maka hendaklah kamu menjauhinya, dan apa yang aku perintahkan kamu dengannya, maka hendaklah kamu mengerjakan daripadanya barang yang kamu kuasa.." (riwayat Muslim)

Memadailah firman Allah SWT dan sabdaan Nabi SAW di atas sebagai peringatan kita bersama. Sesungguhnya yang mengharamkan JUDI itu adalah Allah SWT. Maka berTAQWAlah kpd Allah SWT..

Taatilah Allah dan Rasul. Namun jika kamu masih mahu menentang Allah dan Rasul-Nya, layaklah kamu digelar sebagai orang yang JAHIL.!!

Sabda Nabi SAW :-

يا بن آدم أطع ربك تسمى عاقلا ولا تعص ربك فتسمى جاهلا

"wahai anak Adam! taatilah Tuhanmu, nescaya kamu disebut sebagai orang yang berakal, dan janganlah kamu menentang-Nya, maka kamu akan digelar si JAHIL!" (riwayat Abu Nu'aim)

wallahu a'lam..
al-Banjari



Saturday, May 15, 2010

Wafatnya seorang 'Arif billah.. al-Habib Ali Bin Jaafar al-Aydrus, Batu Pahat

(al-arif billah al-Habib Ali Bin Jaafar al-Aydrus rahimullah)

Dengan suasana masih gundah dan berkabung atas Mangkatnnya Al Arif Billah Al Qutb Alhabib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf rahimahullah di Jeddah, maka kamis sore 13 Mei 2010 menyusul pula teman seperguruan beliau, Al Arif Billah Alhabib Ali bin Jakfar Alaydrus rahimahullah.

Beliau sudah dianggap guru rujukan bagi para ulama besar dan para ahli makrifah billah khususnya para habaib terkemuka di dunia, sebagaimana Al Arif Billah Alhabib Hasan bin Abdullah Assyatiri rahimahullah, Al Allamah Al Musnid Alhabib Muhammad bin Alwi Al Malikiy Rahimahullah, juga para Tokoh ulama habaib saat ini seperti Al Allamah Al Musnid Alhabib Umar bin Hafidh, Al Allamah Al Musnid Alhabib Salim bin Abdullah Assyatiri, Al Allamah Almusnid Alhabib Zein bin Ibrahim bin Smeith, dan banyak lagi para tokoh Makrifah billah dan para Musnid Hadits berkunjung silaturahmi pd beliau, tiadalah satu dari mereka kunjung ke Malaysia mestilah bersilaturahmi pada beliau.

Beliau orang yg sangat sederhana, dengan rumah yg sangat kecil, sempit dan tergolong rumah dari rakyat jelata kalangan fuqara, ruang tamunya tak pernah kosong dari ratusan botol air aqua dari para tamu yg meminta air doa dari beliau, beliau sangat santun pada para tamu dari segala kalangan, kalangan kaya, miskin, ulama, awam, dan siapapun, jika mereka kunjung pada jam makan, maka tak mungkin tamunya diizinkan pulang sebelum makan bersama beliau, dan salah satu sifat rendah hati yg sangat mengagumkan pada pribadi beliau adalah selalu meminta doa dari tamunya, tak pernah mau beliau berdoa kecuali tamunya yg berdoa, jika tamunya tak mau berdoa maka tak diizinkan pulang, demikian santun budi pekerti beliau.

Ayah beliau Adalah Al Arif Billah Al Musnid Al Allamah Alhabib Jakfar Alaydrus, seorang yg sangat memanjakan Guru Mulia Al Musnid Alhabib Umar bin Hafidh ketika masih bocah. Dan ayah beliau ini terkenal sekali dan masyhur dikalangan para wali Allah swt, ayah beliau dimakamkan di pekuburan Zanbal, di samping Makam Qutbinnufuus Al imam Abdullah Alaydrus Akbar bin Imam Abdurrahman Assegaf, di kota tarim Hadramaut Yaman.

Al habib Ali bin Jakfar alaydrus ini pernah lama tinggal di Subang Jawa barat, Indonesia dimasa kecilnya, suatu pengalaman, bahwa saya sering kunjung pada beliau jika kunjung ke Malaysia, beliau sangat memanjakan saya jika pendosa ini datang, beliau selalu tersenyum gembira, lalu saya minta doa beliau maka beliau berdoa, berbeda dengan tamu lain yg selalu beliau menolak untuk berdoa kecuali tamunya yg mesti berdoa, namun permintaan saya tak ditolak oleh beliau, seraya mengangkat tangannya setinggi tingginya hingga keatas kepala, kedua telapak tangannya dipadukan, dan wajah beliau menunduk.., lalu suara rintih keluar dari bibirnya tak bisa saya pastikan apa yg diucap, benar benar gerakan doa yg menggambarkan posisi yg sedang sangat mengemis pd Yang Maha Luhur…, belum pernah saya lihat orang berdoa dg posisi sekhusyu dan seperti ini dalam merendahkan diri pada Allah swt..

Setelah itu saya pamitan, padahal saya tahu kebiasaan beliau yg saya dengar dari semua orang yg mengunjungi beliau, jika waktu makan tak akan diizinkan pergi, saya berkata lembut : “saya pamit wahai habib..”, beliau menunduk dan berkata lembut pula : “tidak makan dulu kah?”, saya menjawab : “saya pamit jika habib ridho”, beliaupun berdiri mengizinkan kepergian kami, lalu terbersit dihati saya : “aku terbebani hutang sangat besar karena masalah perluasan dakwah di Indonesia, mudah mudahan kedatanganku kesini bisa membuat Allah menyelesaikan masalah hutang2ku.., beban beratku ini kutumpahkan pada habib Ali, semoga Allah swt meringankanku”, demikian renungan saya sambil melangkah keluar kediaman beliau..

Saat itu saya tidak sendiri, ada beberapa orang yg bersama kami, mereka kagum dan berkata : “kami sering kunjung kesini, belum pernah habib Ali mau berdoa kecuali saat kamu yg memintanya, belum pernah habib Ali izinkan kami pamitan diwaktu makan kecuali saat kamu yg minta izin pulang..”, dan salah satu diantaranya adalah seorang pengusaha sukses, maka saat kami sudah keluar rumah, beliau memanggil orang itu, dan membisikinya sesuatu, lalu beliau masuk rumah..

Orang tsb mendatangi saya, dan berkata : “Habib Ali berkata pada saya, kamu punya hutang dakwah yg besar dan berat yg harus dibayarkan, saya diperintah habib ali untuk melunasi semua hutangmu”

Saya kaget dan berpaling pd beliau, ternyata beliau sudah masuk rumah menutup pintu.., subhanallah..

Beliau selalu memanjakan saya jika pendosa ini datang, sekali waktu saya datang silaturahmi, kepala ini penuh dengan permasalahan dakwah yg bagai gunung menindih, kesibukan, masalah perluasan, pengaturan dll, maka saya datang dg lemah, duduk dihadapan beliau, maka beliau diam, diam, lalu menggeleng2kan kepala beliau, lalu menangis, dan berkata : Berat… berat.., sambil mengipasi dirinya dgn kipas ditangannya dan mengipasi saya pula.., tak lama saya pamit begitu saja, beliau berdoa lagi, belum sampai saya di Jakarta kecuali seluruh masalah dakwah telah selesai.

Pernah suatu kali Al Allamah Almusnid Al Habib Muhammad bin Alwi Al Malikiy rahimahullah kunjung pada beliau, sepanjang jalan Alhabib berbicara tentang rindunya pd Rasulullah saw, maka ketika sampai dikediaman beliau, maka semua tamu tidak diperkenankan masuk, kecuali Al Allamah Alhabib Muhammad Al Malikiy, mereka masuk berdua cukup lama, lalu keluarlah Al Allamah Alhabib Muhammad Al Malikiy rahimahullah dg airmata yg bercucuran.., seraya berkata : hajat saya sudah terkabul… terkabul.. terkabul.., sambil menutup wajah beliau tanpa berkata kata pada siapapun atas apa yg terjadi di dalam Kamis sore dinihari 13 mei Al Arif billah Alhabib Ali bin Jakfar Alaydrus rahimahullah menghembuskan nafas yg terakhir… khususnya seluruh para habaib di Malaysia gempar, dan dunia para habaib sepuh pun gempar terkena kabar duka ini..

Rasul saw bersabda : “Para shalihin wafat satu demi satu, tersisalah sisa sisa sampah tak berarti dimata Allah, dan Allah swt tak perduli lagi dgN keadaan mereka” (Shahih Bukhari).

Maksud hadits ini adalah keberadaan para shalihin menguntungkan bumi, mereka terus berdoa untuk keselamatan ummat, pengampunan untuk para pendosa, terus beribadah pada Allah swt hingga Allah swt banyak menyingkirkan musibah sebab doa dan rintihan mereka, maka jika mereka tiada, Allah swt tak lagi melihat sisa penduduk dunia karena mereka tak perduli dg Allah swt, maka Allah swt tak perduli lagi musibah musibah yg akan diturunkan pada mereka, entah musibah atau kenikmatan, entah cobaan atau kekacauan..

Rabbiy,, bangkitkan para pengganti dari para shalihin kami yg terus wafat dan wafat, munculkan kembali generasi para shalihin yg menjadi paku penahan musibah bagi ummat, muliakan Guru tercinta yg mulia ini dipangkuan Kelembutan dan Keridhoan Mu, dan sertakan kami dalam pembagian waris dari keluhuran beliau disisi Mu, amiin..

INTAHA ~ DI AMBIL DARI SINI

Saturday, May 8, 2010

POLIGAMI : Erti Keadilan Dalam Poligami

(Gambar Hiasan)


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين , أما بعد

Keadilan yang dituntut di dalam Islam tidak semata-mata di dalam poligami semata-mata, bahkan meliputi semua perkara. Sama ada kepada diri sendiri, masyarakat, Negara dan pada Tuhan pencipta itu sendiri. Tuntutan berlaku adil dan tidak menzalimi mendapat panduan khusus daripada Al-Quran dan Hadis Nabi.

PANDUAN AL-QURAN

Firman Allah Taala di dalam surah Al-Maidah ayat 8:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Maksudnya: Wahai orang-orang Yang beriman, hendaklah kamu semua sentiasa menjadi orang-orang Yang menegakkan keadilan kerana Allah, lagi menerangkan kebenaran; dan jangan sekali-kali kebencian kamu terhadap sesuatu kaum itu mendorong kamu kepada tidak melakukan keadilan. hendaklah kamu berlaku adil (kepada sesiapa jua) kerana sikap adil itu lebih hampir kepada taqwa. dan bertaqwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui Dengan mendalam akan apa Yang kamu lakukan.

Firman Alla Taala lagi di dalam surah An-Nisa’ ayat 135:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالأقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
Maksudnya: Wahai orang-orang Yang beriman! hendaklah kamu menjadi orang-orang Yang sentiasa menegakkan keadilan, lagi menjadi saksi (yang menerangkan kebenaran) kerana Allah, sekalipun terhadap diri kamu sendiri, atau ibu bapa dan kaum kerabat kamu. kalaulah orang (yang didakwa) itu kaya atau miskin (maka janganlah kamu terhalang daripada menjadi saksi Yang memperkatakan kebenaran disebabkan kamu bertimbang rasa), kerana Allah lebih bertimbang rasa kepada keduanya. oleh itu, janganlah kamu turutkan hawa nafsu supaya kamu tidak menyeleweng dari keadilan. dan jika kamu memutar-balikkan keterangan ataupun enggan (daripada menjadi saksi), maka Sesungguhnya Allah sentiasa mengetahui Dengan mendalam akan apa Yang kamu lakukan.

ANCAMAN DARIPADA HADIS

Ancaman daripada baginda kepada lelaki yang tidak mampu adil kepada isteri-isterinya yang di poligami sebagai sabdanya:

إذا كََان عند الرجل امرأتان ، فلم يعدل بينهما ، جاء يوم القيامة ، وشقه ساقط
Maksudnya: Mana-mana lelaki yang mempunyai dua orang isteri dan dia tidak berlaku adil kepada keduanya. Maka dia akan hadir pada hari Kiamat dengan bahunya senget sebelah. (Tirmidzi, Abu Daud, Nasaie, Ibn Majah dan Darimi)

Pada riwayat yang lain:

ومن كان له امرأتان فلم يعدل بينهما في القسم من نفسه ، وماله ، جاء يوم القيامة مغلولا ، مائلا شقه ، حتى يدخل النار
Maksudnya: Mana-mana lelaki yang mempunyai dua orang isteri dan dia tidak berlaku adil kepada keduanya pada pembahagian (tidur di rumah isteri-isteri). Maka dia akan hadir pada hari Kiamat dengan dibelenggu, bahunya senget sebelah diseret ke dalam neraka.

Kebenaran Allah kepada mana lelaki yang ingin berpoligami adalah dengan syarat MAMPU ADIL. Jika tidak mampu cukup memadai dengan seorang isteri.

Firman Allah Taala di dalam surah an- Nisa’ ayat 3:

وَإِنْ خِفْتُمْ أَلا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلا تَعُولُوا
Maksudnya: Dan jika kamu takut tidak berlaku adil terhadap perempuan-perempuan yatim (apabila kamu berkahwin Dengan mereka), maka berkahwinlah Dengan sesiapa Yang kamu berkenan dari perempuan-perempuan (lain): dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu bimbang tidak akan berlaku adil (di antara isteri-isteri kamu) maka (berkahwinlah dengan) seorang sahaja, atau (pakailah) hamba-hamba perempuan Yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat (untuk mencegah) supaya kamu tidak melakukan kezaliman.

Firman Allah ini tidak bermaksud dibenarkan berlaku zalim jika hanya beristeri satu. Bahkan kewajipan untuk bersikap adil tidak terlepas daripada tanggungjawab suami dan isteri. Keadilan dengan melaksanakan tanggungjawab sebagai seorang suami dan melunaskan sebaik mungkin tanggungjawab sebagai seorang isteri.

ERTI KEADILAN DALAM BERPOLIGAMI

Bagi seorang Mukmin/Mukminah sama sekali tidak akan mempertikai keadilan sistem yang Allah Taala tetapkan. Kesemua kita beriman mengatakan sistem, tatacara, undang-undang dan kaedah yang diatur oleh Allah untuk manusia adalah yang terbaik serta melampau zaman dan masa. Segala ketetapan hukum hakam Allah akan dijunjung bagi mereka yang masih ada iman di dalam hati.

Perkara yang sentiasa menjadi perselisihan di dalam perkara ini apabila sesetengah masyarakat mengatakan erti keadilan adalah menyamaratakan perasaan antara semua isteri. Sebahagian lain mengatakan keadilan pada nafkah dan pakaian. Sebahagian lagi berpendapat kepada bilangan hari yang dibahagi sama rata di antara isteri. Di sini merupakan punca masalah pertikaian yang menjadi perdebatan sesama masyarakat.

Jalan penyelesaian yang akan diambil oleh setiap mereka yang beriman apabila ditimpa dengan masalah, menjadikan Allah dan Rasul sebagai rujukan dan berpuas hati dengan segala ketetapan Al-Quran. Terdapat seribu satu hikmah daripada situ sama ada kita sedari ataupun tidak.

Firman Allah Taala di dalam surah an-Nisa ayat 59:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا
Maksudnya: Wahai orang-orang Yang beriman, Taatlah kamu kepada Allah dan Taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada "Ulil-Amri" (orang-orang Yang berkuasa) dari kalangan kamu. kemudian jika kamu berbantah-bantah (berselisihan) Dalam sesuatu perkara, maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada (Kitab) Allah (Al-Quran) dan (Sunnah) RasulNya - jika kamu benar beriman kepada Allah dan hari akhirat. Yang demikian adalah lebih baik (bagi kamu), dan lebih elok pula kesudahannya.

Firman Allah lagi di dalam surah an-Nisa’ ayat 65:

فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maksudnya: Maka Demi Tuhanmu (Wahai Muhammad)! mereka tidak disifatkan beriman sehingga mereka menjadikan Engkau hakim Dalam mana-mana perselisihan Yang timbul di antara mereka, kemudian mereka pula tidak merasa di hati mereka sesuatu keberatan dari apa Yang telah Engkau hukumkan, dan mereka menerima keputusan itu Dengan sepenuhnya.

Allah tidak menjadikan keadilan perasaan itu sebagai prasyarat untuk dibenarkan berpoligami. Bahkan Allah menegaskan keinginan menyamaratakan perasaan merupakan perkara yang mustahil untuk dilakukan.

Firman Allah Taala di dalam surah an-Nisa’ ayat 129:

وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلا تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ وَإِنْ تُصْلِحُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا
Maksudnya: Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri kamu sekalipun kamu bersungguh-sungguh (hendak melakukannya); oleh itu janganlah kamu cenderung Dengan melampau (berat sebelah kepada isteri Yang kamu sayangi) sehingga kamu biarkan isteri Yang lain seperti benda Yang tergantung (di awan-awan); dan jika kamu memperbaiki (Keadaan Yang pincang itu), dan memelihara diri (daripada perbuatan Yang zalim), maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.

Ayat ini membawa maksud keadilan pada sudut hati dan perasaan. Juga Firman ini dikuatkan dengan hadis baginda Nabi:

كان يقسم بين نسائه فيعدل ويقول اللهم هذا قسمي فيما أملك فلا تلمني فيما تملك ولا أملك
Maksudnya: Baginda menyamaratakan pembahagian tidur setiap malam sesama isteri-isteri baginda lalu baginda berdoa. Ya Allah, ini pembahagian ku pada apa yang aku miliki, janganlah Engkau mengazab ku pada perkara yang engkau milikku, tidak aku miliki (perasaan melebihkan sebahagian isteri daripada yang lain).

KESIMPULAN

Maka dapat disimpulkan di sini erti keadilan dalam berpoligami ialah:

1) Membahagikan tidur malam kepada isteri-isteri sama rata; Bermula tidur mengikut perkiraan syarak ialah daripada waktu solat maghrib sehingga waktu solat subuh. Pembahagian siang tidak diwajibkan sesama isteri ke atas suami. Siang ialah waktu bekerja, dipersilakan suami untuk ke mana sahaja untuk mencari rezeki. Jika suami bekerja malam, maka wajib berada di dalam pengetahuan isterinya yang digilirkan jika dia akan terlewat pulang. Ini hak isteri yang diberikan syarak.

2) Kebendaan; Bukan suatu keadilan jika diberikan wang sama banyak. Itu tidak diertikan sebagai keadilan. Keadilan yang sebenar adalah apa yang mencukupi keperluan isteri-isteri. Jika isteri pertama mempunyai anak 2 orang dan isteri kedua belum mempunyai anak. Logik dan adil sekali wang yang diserahkan kepada isteri pertama lebih banyak. Ini antara masalah yang terkeliru sebahagian masyarakat. Isteri pertama mempunyai anak lelaki dan adapun isteri kedua mempunyai anak perempuan. Adakah dikatakan adil jika kedua-dua anak tersebut diberi pakaian yang serupa sedangkan berlainan jantina, umur dan minat?!

Mana-mana suami yang melengkapi dua perkara tersebut, maka telah melaksanakan keadilan.
NASIHAT BERHARGA

Kebanyakan para wanita tidak boleh menerima apa yang dikatakan poligami. Ini kerana perkahwinan merupakan satu ikatan terbina daripada perasaan dan poligami serba sedikit menggoncang perasaan ini. Kesannya menjadikan wanita-wanita yang tidak beriman mempertikai satu hukum yang ditetapkan oleh Allah Taala. Adapun yang masih subur imannya, akur dengan ketetapan tetapi tidak akan menyokong.

Wahai saudari benteng agama! Agama ini bukan semata-mata demi meraikan perasaan. Bahkan terdapat perkara yang lebih besar daripada itu. Tugas sebagai khalifah Allah di muka bumi hanya sementara demi hasil yang akan dipungut di akhirat.

Statistik dunia mendapati wanita semakin ramai daripada lelaki iaitu 2:1. Cuba kita berbicara secara logik. Jika tidak dibenarkan poligami, siapakah suami kepada baki-baki wanita yang daripada jenis kalian juga. Apakah dibiarkan berpelesiran, berzina, tanpa suami dan zuriat sehingga mati, hidup tanpa lelaki yang berada di sisi dan dan dan ....

Allah yang melemparkan perasaan cemburu di dalam hati kalian dan Allah juga yang memberikan ketetapan hukum berkenaan poligami. Kenapa kita tidak cuba mencari hikmah yang cuba ditunjukkan oleh Maha Pencipta daripada menurutkan perasaan yang cuba menyesatkan.

Ucapan ini tidak bermaksud satu sokongan padu kepada poligami kerana sebagaimana kita perlu menentang golongan yang menentang poligami begitu juga kita akan menentang golongan yang ingin berpoligami tetapi tidak mampu adil. Ingin berkahwin tetapi isteri dan anak-anak tidak mampu di didik dengan didikan agama yang sempurna. Ingin poligami tetapi tidak lebih melainkan ikutkan hawa nafsu semata-mata. Golongan sebegini tidak kita bicarakan di ruangan ini, kerana persoalan berkenaan keadilan poligami pada wanita serta keperluannya.

Akhirnya, poligami bukannya metode yang mampu diguna pakai oleh semua lelaki dan juga tidak boleh dihalang semua lelaki untuk menggunakannya. Firman Allah terlalu jelas berhubung perkara ini.

Allahu A’lam.
Disediakan Oleh
Muhammad Aidil Azwal

Friday, May 7, 2010

Tasawwuf: cabang agama yang dizalimi



Oleh PANEL PENGKAJI YAYASAN SOFA, NEGERI SEMBILAN

Mempelajari Ilmu tasauf menjadi pelengkap kepada ilmu fardu ain yang lain.

DALAM siri tulisan mengenai tajdid di minggu-minggu yang lalu ada disebut bahawa tasauf kerap menjadi sasaran sesetengah aliran mereka yang mendakwa tajdid.


Tasauf, tarekat dan istilah-istilah yang berkaitan dengannya sering dimomokkan oleh mereka seolah-olah setiap yang bernama tasauf dan tarekat itu sesat, bidaah dan khurafat.


Strategi memomokkan istilah ini sebenarnya suatu cubaan mengunci minda dan menjadikan masyarakat jauh hati daripada tasauf tanpa benar-benar mengenali dan memahaminya dengan tepat.


Mereka ini sedar jika masyarakat meneliti dan mendekati tasauf dengan adil dan bersungguh-sungguh, kefahaman dan penghayatan yang murni terhadap tasauf akan menjadi salah satu benteng yang memisahkan masyarakat daripada terpengaruh aliran yang ingin mereka juarai.


Tasauf sebagai cabang ihsan


Kunci utama kepada kefahaman yang murni terhadap tasauf adalah dengan menyedari bahawa sebenarnya ia tidaklah melainkan cabang atau dimensi Ihsan daripada agama kita.


Ihsan selain daripada Islam dan iman serta kesedaran tentang akhir zaman merupakan cabang dan dimensi utama al-Din seperti yang kita semua tahu daripada hadis Jibril yang merupakan antara induk hadis-hadis Nabi SAW.


Begitu besar pengajaran yang hendak dibawa melalui hadis tersebut sehingga Jibril telah menyampaikan secara istimewa iaitu dengan merupakan dirinya sebagai manusia dan berdialog secara langsung dengan Nabi SAW bersaksikan para sahabat.


Dari situ, kita semua maklum bahawa agama yang kita anuti ini sebenarnya terdiri daripada tiga cabang Islam, iman dan ihsan yang terjelma kepada tiga cabang ilmu utama agama iaitu syariah, akidah dan akhlak.


Tiga istilah alternatif bagi ilmu-ilmu ini adalah fiqh, tauhid dan tasauf. Jadi sebenarnya dalam peta minda Islam, tasauf adalah istilah lain bagi dimensi ihsan atau akhlak.


Jika itulah kedudukan tasauf dalam kerangka faham agama kita, tidak peliklah jika kita melihat para ulama muktabar sepanjang zaman, sebagai mereka yang paling menguasai selok-belok agama ini, bersikap sangat positif terhadap tasauf dan dunia tasauf.


Kebanyakan mereka terjun langsung ke dalam dunia tersebut dengan mengamal, mengajar dan mengarang kitab-kitab rujukan dalam bidang ini. Selebihnya menjadi mereka yang mencintai para ulama dan pemuka tasauf atau sekurang-kurangnya tidak mengambil sikap memusuhi mereka.


Imej-imej negatif tasauf


Tetapi kenapa masih ada yang takut dengan tasauf atau memandangnya sebagai asing atau negatif?


Jika direnungi, tasauf adalah dimensi dalaman atau batin agama kita. Kerana sifatnya itu telah timbul salah-faham dan kekeliruan terutama di peringkat amalan dan perbahasan yang lebih tinggi.


Mendekati tasauf di tahap yang tinggi tanpa panduan guru yang berkelayakan boleh menyebabkan timbulnya ajaran sesat. Bila ini berlaku, ajaran-ajaran salah ini sering mendapat liputan meluas dan sensasi di media seperti dalam kes Hassan Anak Rimau, Ayah Pin dan al-Arqam.


Kumpulan dan ajaran tasauf yang menyeleweng sering menggunakan istilah-istilah dalam dunia tasauf seperti tarekat, sheikh, mursyid, aurad, kasyaf, yaqazah dan seumpamanya. Akhirnya istilah-istilah ini turut terpalit dan dilihat negatif sedangkan hakikatnya tidak begitu.


Sebenarnya penyelewengan turut berlaku dalam cabang lain seperti syariah. Malah penyelewengan dalam cabang syariah mungkin lebih meluas dan melibatkan lebih ramai orang dan kumpulan.


Cuma mungkin kesannya tidak begitu kelihatan atau kurang dirasakan oleh mereka yang terlibat. Bukankah masih banyak penyelewengan daripada landasan hukum syariah yang ada dalam masyarakat kita?


Dalam bidang dan kumpulan mana pun akan ada mereka yang menyeleweng atau ekstrem. Soalnya, adakah kita adil menilai dan menghukum sesuatu bidang atau kumpulan hanya dengan merujuk kepada mereka yang menyeleweng atau sesat yang muncul dari bidang atau kumpulan itu?


Jika begitu, banyaklah bidang dan cabang ilmu yang harus kita tolak kerana adanya bebiri hitam yang muncul daripada kalangan pengamalnya!


Adakah bijak kita meminggirkan tasauf hanya kerana beberapa individu dan kelompok yang sesat yang timbul dari dunia tasauf?


Segelintir mereka yang salah menghayati tasauf juga menyebabkan timbul imej seolah-olah tasauf adalah anti-dunia, anti-kemajuan dan anti-perjuangan.


Harus diingat, jika tasauf hendak dinilai dengan neraca seseorang yang memang tenggelam dan mabuk dengan dunia dan material memanglah tasauf akan dilihat pasif dan tidak cukup dinamik.
Ada juga orang yang baik-baik dan minatkan agama tetapi punya tanggapan bahawa tasauf adalah ilmu yang terlalu tinggi untuk mereka. “Kami belum layak mengaji tasauf”, kata mereka.
Ini juga satu sindrom yang amat merugikan kerana ia menjauhkan mereka daripada apa yang amat diperlukan dalam kehidupan mereka.


Siapakah di kalangan kita yang tidak perlukan penyucian diri dan peningkatan kerohanian?
Malah ini adalah suatu keperluan bagi setiap Muslim pada setiap ketika dalam hidupnya. Kita akan jelaskan nanti betapa tasauf, seperti juga ilmu-ilmu lain ada tahap dan peringkat-peringkatnya.


Selagi mana kita mendatangi tasauf mengikut tahap dan kaedahnya, dengan bimbingan guru yang layak maka tidak timbul sindrom tidak layak atau belum sesuai belajar tasauf.


Ada juga di sana kelompok dan kumpulan yang sentiasa mencemburui dunia tasauf dan pendokongnya kerana tasauf dilihat sebagai aliran tandingan kepada aliran yang mereka juarai.
Lantas mereka sering cuba menempelkan label-label bidaah, khurafat dan taksub kepada tasauf.


Insya-Allah kita akan membahaskan asas-asas al-Quran dan al-sunnah di sebalik tasauf. Jika difahami dengan jujur, tasauf yang murni adalah bebas daripada label-label ini.


Sebaliknya, jika diteliti, kelompok yang mentohmah tasauf, sering terlibat dengan unsur-unsur bidaah, khurafat dan taksub.


Tengok sahaja bagaimana mereka menjulang tokoh-tokoh mereka sendiri dalam pelbagai bentuk dan cara. Seolah-olah tokoh-tokoh ini sahaja yang memonopoli kefahaman dan kebenaran. Bukankah ini taksub walaupun tiada tangan yang dicium atau berkat yang diambil?