Friday, July 11, 2008

Tarbiyyah Menjelang Ramadhan..

ALHAMDULILLAH, Saat ini kita telah memasuki bulan rajab yang termasuk salah satu dari bulan-bulan haram sebagaimana firman Allah SWT:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً, فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ, مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ, ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ, فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ, وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً, كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً, وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِين.

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa” (At-Taubah 36)

Menurut Imam Jalaluddin as-Suyuti dalam Tafsir Jalalain,

مُحَرَّمَةٌ : ذُو الْقَعِدَةْ وَذُو الْحِجَّة وَالْمُحَرَّمْ وَرَجَبٌ
yang dimaksudkan dengan "diantaranya empat bulan yang di hormati" ialah: "Empat bulan Haram - Zulkaedah, Zulhijjah, Muharam dan Rejab" [Tafsir Jalalain, juz 1, hal 159]

kenyataan ini tidak lain adalah berdasarkan sabda Nabi saw yg diriwayatkan di dalam Sahihain.. Sabda Rasulullah SAW :

إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ,
السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا, مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ,
ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ, وَذُو الْحِجَّةِ, وَالْمُحَرَّمُ,
وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
(رواه البخاري ومسلم).

"Sesungguhnya zaman telah berputar seperti pada hari penciptaan langit dan bumi, setahun terdapat dua belas bulan dan empat di antaranya adalah bulan haram dan tiga diantaranya berturut-turut, yaitu dzul qa'dah, dzul hijjah, muharram dan rajab mudhar yang berada di antara jumadil awal, jumadil akhir dan sya'ban" (HR. Bukhari dan Muslim)

Bulan-bulan haram memiliki kedudukan yang agung, dan bulan rajab termasuk salah satu dari empat bulan tersebut. Dinamakan bulan-bulan haram karena :

1. Diharamkannya berperang di bulan-bulan itu kecuali musuh yang memulai.
2. Keharaman melakukan perbuatan-perbuatan maksiat dibulan ini lebih besar di bandingkan bulan yang lain.
3. Allah swt memuliakannya.

Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ

"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan janganlah melanggar kehormatan bulan-bulan haram" (Al-Maidah 2)

Yaitu janganlah melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan sehingga merusak kesucian bulan-bulan tersebut. Larangan ini mencakup melakukan atau beritikad melakukan perbuatan dosa.

Karena kedudukannya yang khusus itu, maka hendaklah dijaga kesucian bulan-bulan haram dengan menjauhi maksiat,, sebab kadar dosa dan maksiat akan diperbesar karena pemuliaan Allah atas bulan-bulan tersebut. Karena itulah Allah telah secara khusus memperingatkan kita di ayat yang lalu agar jangan menzalimi diri di bulan-bulan itu padahal secara umum perbuatan tersebut diharamkan pada setiap waktu.

Di antara do'a yang dibaca ketika memasuki bulan rajab sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW dari sahabat Anas bin Malaik ra. adalah :

اللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانٍ وَبَلِّغْنَا رَمَضَان

"Ya Allah berkatilah kami di bulan rajab dan sya'ban dan sampaikanlah (umur) kami hingga ramadhan". Hadits ini dilemahkan oleh sebahagian ulama ahli hadits.

Berdasarkan informasi dari Rasulullah saw, ternyata bulan Rajab, Sya'ban dan Ramadhan merupakan bulan istimewa bagi umat Islam sedunia. Sebab pada bulan Rajab, Sya'ban dan Ramadhan semua ibadah dan amal saleh yang dikerjakan umat islam, pahalanya dilipatgandakan oleh Allah Swt. Dalam kitab Fadlail al-A'mal disebutkan bahawa pada bulan Rajab, Sya'ban dan Ramadhan seluruh pintu langit dan pintu surga sibuka. Sehingga Allah Swt menganjurkan kepada hamba-Nya supaya memperbanyak amal ibadah, banyak beristighfar karena semua do'a dan permohonan akan dikabulkan. Insya'Allah.

Kata Rajab terdiri dari tiga huruf yaitu Ra, Jim, dan Ba. Ra bererti "rahmat Allah" (kasih sayang Allah), Jim bererti "jum abd wa jinayatihi" (tobatnya seorang hamba dari kesalahan dan dosa), dan Ba bererti "birrul Allah" (kebaikan Allah). Berdasarkan makna tersebut seakan-akan Allah Swt mengatakan "Aku menjadikan tobat seorang hamba-Ku yang telah melakukan dosa besar diantara rahmat dan kebaikan-Ku."

Kata Sya'ban terdiri dari huruf-huruf sebagai berikut: Syin, 'Ain, Ba dan Nun. Syin bererti "syarafun" (kemuliaan), 'Ain berarti "uluww" (ketinggian), Nun berarti "nur" (cahaya). Berdasarkan makna tersebut maka bulan sya'ban merupakan bulan yang penuh kemuliaan, keagungan, kebaikan dan bergelimang cahaya (nur Ilahi) sehingga Rasulullah Saw menyebut sebagai "bulanku".

Kata Ramadhan berasal dari kata ar-Ramdla yang bererti "al-Hijaratul Muhammat" (batu yang dipanaskan). Ada juga yang mengatakan, bahwa dinamakan bulan ramadhan karena pada bulan tersebut dibakarnya (dihapuskannya) dosa-dosa. Tetapi berdasarkan kebiasaan orang arab dalam memberi nama suatu bulan, senantiasa menyesuaikan dengan kondisi yang sedang dihadapi pada saat itu. Secara kebetulan ketika mereka melaksanakan ibadah shaum terjadi pada musim panas. Sehingga mereka namakan bulan tersebut sebagai bulan Ramadhan.

Sungguh beruntung orang yang mengetahui dan benar-benar memanfaatkan bulan Rajab, Sya'ban dan Ramadhan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah Swt. Betapa ruginya orang yang tidak memperhatikan atau lalai pada bulan tersebut. Setiap muslim ketika menghadap Allah Swt berkeinginan membawa amal atau ibadah yang baik, bukan sebaliknya, menghadap kepada Allah Swt dengan tangan kosong (hampa).

Oleh sebab itu, Rasulullah Saww setiap kali memasuki bulan Rajab senantiasa mengawali bulan penuh berkah dengan sebuah do'a sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW dari sahabat Anas bin Malik ra. adalah :

اللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانٍ وَبَلِّغْنَا رَمَضَان

"Ya Allah berkatilah kami di bulan rajab dan sya'ban dan sampaikanlah (umur) kami hingga bulan ramadhan". Hanya saja hadits ini dilemahkan oleh sebagian ulama ahli hadits.

Sebahagian ulamak mengajar kita berdoa dgn..

اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَب وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا شَهْرَ رَمَضَانَ،
واَعِنَّا عَلَى الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ وَحِفْظِ اللِّسَانِ،
وَغَضِّ الْبَصَرِ، وَلاَ تَجْعَلْ حَظَّـنَا مِنْهُ الْجُوعَ وَالْعَطَشَ .

“Ya Allah, berkati kami di bulan Rajab dan Sya’ban, sampaikan kami pada bulan Ramadhan. Bantulah kami untuk melakukan puasa, qiyamul layl, menjaga lisan dan menjaga pandangan, dan jangan jadikan puasa kami hanya lapar dan dahaga." [Rujukan :Al-Haj al-Syaikh ‘Abbas al-Qumi, Mafatih al-Jinan, Mansyurat Dzawi al-Qurba, Beirut, 1992]

Imam Nawawi rahimahullahu ta'ala menyebut dalam kitab Raudahnya, bahawa malam awal rajab itu, malam yang mustajab padanya doa.. [lihat juga pada Jam’ul Fawaid li Syaikh Daud al-Fathoni, TT]

Berkenaan fadhilat2 yg terkandung dalam bulan rejab,, telah banyak ulamak yang meriwayatkannya.. antaranya huraian hakikat Rajab dan keistimewaanaya menerusi kitab al-Ghunyah li Thalibi Thariqil Haq karangan Syeikh Abd Qader al-Jaylani. Beliau merupakan Sultan para Wali (Sulthanul auliya') dan terkenal sebagai seorang ulamak yang menghimpunkan ilmu zahir dan batin. Beliau juga terkenal dengan pakar hadis di zamannya. Keilmuan dan keimaman beliau turut diperakui sendiri oleh Ibn Taimiyyah dan Ibn Qayyim al-Jauziyah dan seluruh cendikiawan Islam.

Antara amalan dan doa bersifat umum yang boleh diamalkan di bulan Rajab dan bulan-bulan lain yang dimuliakan oleh Allah swt, di antaranya:

1. Memperbanyak membaca istighfar.
2. Membaca tasbih 100 kali setiap hari;
سُبْحَانَ الاِْلهِ الْجَليلِ، سُبْحَانَ مَنْ لاَ يَنْبَغِي التَّسْبِيحُ إِلاّ لَهُ، سُبْحَانَ اْلأَعَزِّ اْلاَكْرَمِ، سُبْحَانَ مَنْ لَبِسَ الْعِزَّ وَهُوَ لَهُ اَهْلٌ .

“Mahasuci Tuhan Yang Maha Agung, Mahasuci yang tak layak ditasbih kecuali Dia, Mahasuci Yang Maha Agung dan Maha Mulia, Mahasuci Yang Memakai pakaian keagungan dan hanya Dia yang layak memilikinya.”

3. Membaca doa:

اَللّهُمَّ اِنّي اَساَلُكَ صَبْرَ الشّاكِرينَ لَكَ، وَعَمَلَ الْخائِفينَ مِنْك، وَيَقينَ الْعابِدينَ لَكَ، اَللّهُمَّ اَنْتَ الْعَلِيُّ الْعَظيمُ، وَاَنَا عَبْدُكَ الْبائِسُ الْفَقيرُ، اَنْتَ الْغَنِيُّ الْحَميدُ، وَاَنَا الْعَبْدُ الذَّليل، اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِهِ وَاْمْنُنْ بِغِناكَ عَلى فَقْري، وَبِحِلْمِكَ عَلى جَهْلي، وَبِقُوَّتِكَ عَلى ضَعْفي، يا قَوِيُّ يا عَزيزُ، اَللّـهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِهِ الاْوصياءِ الْمَرْضِيِّينَ، وَاكْفِني ما اَهَمَّني مِنْ اَمْرِ الدُّنْيا وَالاخِرَةِ يا اَرْحَمَ الرّاحِمينَ .

“Ya Allah, aku memohon kesabaran orang-orang yang bersyukur pada-Mu, amal orang-orang takut pada-Mu, dan keyakinan orang-orang yang beribadah pada-Mu. Ya Allah, Engkau Maha Mulia dan Maha Agung, sementara aku adalah hamba-Mu yang sengsara dan fakir. Engkau Maha kaya dan Maha Terpuji, sementara aku adalah hamba-Mu yang hina. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, karuniakan kekayaan-Mu pada kefakiranku, santun-Mu pada kejahilanku, kekuatan-Mu pada kelemahanku wahai Yang Maha Kuat dan Maha Mulia. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya para washinya yang diridhai oleh Allah, cukupi daku apa yang kuinginkan dalam urusan dunia dan akhirat wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi.”

4. Membaca istighfar berikut sebanyaknya;

اَسْتَغْفِرُ اللهَ لا اِلهَ إِلاّ هُوَ وَحْدَهُ لا شَريكَ لَهُ وَاَتُوبُ اِلَيْهِ

“Aku mohon ampun kepada Allah, tiada Tuhan kecuali Dia Yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bertaubat kepada-Nya”

5. Membaca doa berikut :

يا مَنْ اَرْجُوهُ لِكُلِّ خَيْر، وَآمَنَ سَخَطَهُ عِنْدَ كُلِّ شَرٍّ، يا مَنْ يُعْطِي الْكَثيرَ بِالْقَليلِ، يا مَنْ يُعْطي مَنْ سَأَلَهُ يا مَنْ يُعْطي مَنْ لَمْ يَسْأَلْهُ وَمَنْ لَمْ يَعْرِفْهُ تَحَنُّناً مِنْهُ وَرَحْمَةً، اَعْطِني بِمَسْأَلَتي اِيّاكَ جَميعَ خَيْرِ الدُّنْيا وَجَميعَ خَيْرِ الاْخِرَةِ، وَاصْرِفْ عَنّي بِمَسْأَلَتي اِيّاكَ جَميعَ شَرِّ الدُّنْيا وَشَرِّ الاْخِرَةِ، فَاِنَّهُ غَيْرُ مَنْقُوص ما اَعْطَيْتَ، وَزِدْني مِنْ فَضْلِكَ يا كَريمُ.
Wahai yang aku harapkan dari-Nya semua kebaikan, yang aku takutkan murka-Nya dalam setiap keburukan. Wahai Yang Memberi karunia yang banyak dalam amal yang sedikit. Wahai Yang Memberi karunia pada orang yang memohon. Wahai Yang Memberi karunia pada orang yang tidak memohon dan belum mengenal rahmat dan kasih sayang-Nya, karuniakan padaku apa yang kumohon pada-Mu semua kebaikan dunia dan semua kebaikan akhirat, dan selamatkan daku dengan permohonanku pada-Mu dari semua keburukan dunia dan keburukan akhirat. Karena tak akan berkurang apa yang telah Kau berikan, dan tambahkan padaku dari karunia-Mu wahai Yang Maha Mulia.” [lihat :Al-Haj al-Syaikh ‘Abbas al-Qumi, Mafatih al-Jinan, Mansyurat Dzawi al-Qurba, Beirut, 1992]

6. Banyakkan Puasa. Terpayung pada hadith sahih yang umum;

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

“Dari Abi Hurairah radiyallahu anhu, berkata ia, telah bersabda Rasulullah saw: Seafdhal-afdhal puasa selepas ramadhan, ialah bulan Allah yang haram,, dan seafdhal-afdhal solat selepas solat fardu,, ialah solat malam,,” [Sahih Muslim, jil.2]
Apabila kita meneliti kepelbagaian sumber yang ada ditangan para ulamak, didapati rajab ada keistimewaannya yang tersendiri. Maka tidak hairanlah intisari (matan) hadith;

: رَجَبٌ شَهْرُ اللَّهِ ، وَشَعْبَانُ شَهْرِي ، وَرَمَضَانُ شَهْرُ أُمَّتِي .

“Rejab bulan Allah, Sya’ban bulanku dan ramadhan bulan umatku..” disokong oleh ramai para ulamak muktabar.

Antaranya, Imam Hibbatullah bin Mubarak. Beliau meriwayatkan keistimewaan rajab berdasarkan sanad-sanadnya yang jelas sebagaimana yang diriwayatkan oleh Syeikh Abd Qader al-Jailani di dalam al-Ghunyah.

Tambahan pula, matan hadis : “Rejab bulan Allah, Sya’aban bulanku, ramadhan bulan umatku…” tidak bertentangan dengan nas al-Qur’an. Sebaliknya selari dengan perisytiharan Allah SWT pada surah al-Taubah ayat 36 tentang empat bulan haram, yang dinyatakan pada muqaddimah di atas. Yang dimaksudkan : Rejab, Zulqaedah, Zulhijjah dan Muharam.

Dimana sepakat ulamak menyatakan.. empat bulan yang haram (dimuliakan) itu ialah:

مُحَرَّمَةٌ : ذُو الْقَعِدَةْ وَذُو الْحِجَّة وَالْمُحَرَّمْ وَرَجَبٌ

"Empat bulan Haram - Zulkaedah, Zulhijjah, Muharam dan Rejab"

Drpd Abi Bakrah R.a, tlh bersabda Rasulullah SAW :
إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ,
السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا, مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ,
ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ, وَذُو الْحِجَّةِ, وَالْمُحَرَّمُ,
وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
(رواه البخاري ومسلم).

"Sesungguhnya zaman telah berputar seperti pada hari penciptaan langit dan bumi, setahun terdapat dua belas bulan dan empat di antaranya adalah bulan haram dan tiga diantaranya berturut-turut, yaitu dzul qa'dah, dzul hijjah, muharram dan rajab mudhar yang berada di antara jumadil awal, jumadil akhir dan sya'ban" (HR. Bukhari dan Muslim)

Terdapat kenyataan dalam sebuah kitab Tafsir yang muktabar ;

وَسَمَاهُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم شَهْرَ الله، أَيْ شَهْرُ آلِ الله، وكان يُقَالُ لِاَهِلِهِ اَلْحَرَمْ: آلِ الله.
وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَرِيْدَ شَهْرُ الله، لِاَنَّ الله مُتَّنُهُ وَشُدَّدُهُ

Di mana Imam al-Qurtubi di dalam tafsirnya Jami' Ahkamul Quran, menyifatkan Nabi SAW sendiri pernah menegaskan bahawa rajab itu adalah bulan Allah. Iaitu bulan Ahlullah. Dan dikatakan penduduk (mukmin) Tanah Haram itu Ahlullah kerana Allah yang memelihara dan memberi kekuatan kepada mereka.” [al-Qurtubi, Jami’ Ahkam al-Qur’an, hlm 326 juz 6]

Imam Abu Daud pula membawa intisari hadis yang menampakkan kesaksian yang jelas tentang lafaz “Sya’ban bulanku”. Buktinya beliau meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Qais, dari Aisyah radiyallahu anha yg berbunyi :

كَانَ أَحَبُّ الشُّهُورِ إلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَصُومَهُ شَعْبَانَ, ثُمَّ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ..

“Bulan yang paling disukai Rasulullah SAW,,, ialah berpuasa di bulan Sya’aban. Kemudian Baginda menyambung puasanya hingga ke Ramadhan.” [Sulaiman bin al-Asy’at al-Sijistani, Sunan Abu Daud, t.th, Dar al-Fikr : Beirut , hlm 323 juz 2]

Imam al-Thabrani pula meriwayatkan dari Anas bin Malik R.A,, bahawa apabila tibanya bulan rejab, Baginda mendoakan :

اللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانٍ وَبَلِّغْنَا رَمَضَان

“Ya Allah, berkatilah hidup kami di bulan rejab dan Sya’aban dan sampaikan (hayat) kami kepada bulan ramadhan.” [al- Thabrani, Mu’jam al-Ausath, 1415H, Dar al-Haramain : Qaherah, hlm 189 juz 4, no hadis : 3939]

Hadis ini turut dipersetujui Imam Ahmad di dalam Musnadnya m/s 259 juz 1, hadis bernombor 2346.

Imam al-Thabrani juga meriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahawa Nabi SAW tidak menyempurnakan puasa sebulan selepas berlalunya ramadhan kecuali pada rajab dan Sya’ban.” (ibid, hlm 161 juz 9 no hadis : 9422)

Jika sanad yang dibicarakan oleh Imam Ibn Qayyim dan sebahagian ulamak yang membahaskan mengenai ber"masalah"nya dengan periwayatan Ibn Jahdam. Kita menghormati perkara itu. Namun ianya tidak menggugurkan nilai keistimewaan serta kemuliaan bulan rajab. Ini kerana masih terdapat beberapa sanad yang lain menjelaskan kelebihan bulan Rajab.

Al-Hafiz al-Haitsami di dalam Majma’ al-Zawa’id turut meriwayatkan tentang kelebihan bulan rajab. Walaupun dengan sanad-sanad yang dhaif, namun ia sudah memadai untuk menepati spesifikasi kelebihan untuk beramal dan meningkatkan hemah diri. Hal ini jelas sebagaimana yang diakui oleh para fuqaha’ dan ahli hadith menerusi kenyataan Imam al-Nawawi di dalam kitab al-Arba’ien.

Lebih kukuh, Imam Muslim meriwayatkan dari Uthman bin Hakim al-Ansari, beliau (Uthman) pernah menanyakan Said bin Jubayr RA tentang puasa rajab (pada bulan rajab). Said menjawab : “Aku mendengar Ibn Abbas RA mengatakan : “Rasulullah SAW berpuasa rajab sehingga kami menyangka Baginda tidak berbuka (terus-menerus berpuasa) dan Baginda berbuka sehingga tidak nampak berpuasa.” [Muslim bin Hajjaj, Sahih Muslim,t.th, Dar Ihya Thuras al-Arabi : Beirut , hlm 811 juz 2]

Imam al-Nawawi mengatakan : “Apa yang zahir dari ucapan Sa’id bin Jubayr itu menjadi bukti bahawa tiada tegahan untuk berpuasa padanya (rejab) kerana (semata) bulan berkenaan. Bahkan kedudukannya sama mengikut baki bulan Islam yang lain. Dan tidak ada larangan (yang tsabit) untuk melakukan ibadat puasa di bulan rejab, tidak pula disunatkan kerana bulannya. Tetapi apa yang disunatkan ialah kerana kesunahan puasa tersebut.” [Imam an- Nawawi, Syarh al-Nawawi ala Sahih Muslim, 1392, Dar Ihya’ Thuras al-Arabi : Beirut , hlm 38 juz 8]

Imam Abu Thayyib al-Azhim juga mengatakan : “Di dalam Sunan Abi Daud direkodkan bahawa Nabi SAW menggalakkan kita untuk berpuasa di bulan-bulan yang haram. Dan rajab adalah salah satu darinya.” ( Abu Thayyib al-‘Azhim, Aun al-Ma’bud bi Syarh Sunan Abi Daud, 1415H, Cetakan Kedua, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah : Beirut , hlm 60 juz 7)

Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari Imam al-Syafi’ie berbunyi : “Telah sampai kepada kami bahawa al-Syafi’ie mengatakan : “Sesungguhnya doa itu mustajab pada lima malam : malam jumaat, malam aidil adha, malam adil fitri, malam pertama bulan rejab dan malam nisfu Sya’ban.” [al-Baihaqi, Sunan al-Kubra, 1994, Maktabah Dar al-Baz : Makkah al-Mukarramah, hlm 319 juz 3]

Di dalam Syu’abul Iman, Imam al-Baihaqi meriwayatkan lagi tentang keistimewaan bulan rajab. Hadith itu berbunyi :

شَهْرُ رَجَبٌ وَهُوَ شَهْرُ الله ، مَنْ عَظَمَ شَهْرُ اللهِ رَجَبٌ, فَقَدْ عَظَمَ أَمَرَ الله ،
وَمَنْ عَظَمَ أَمَرَ الله, أُدْخِلَهُ جَنَّاتُ النَّعِيْمِ

“Allah telah memilih bulan rajab. Rajab adalah bulan Allah. Barangsiapa yang memuliakan bulan Allah sesungguhnya dia telah memuliakan perintah Allah. Barangsiapa yang memuliakan perintah Allah sesungguhnya dia akan dimasukkan ke syurga al-Naim..” [al- Baihaqi, Syu’ab al-Iman, 1410H, Cetakan pertama, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah : Beirut , hlm 374 juz 3, no hadis 3814].

Lihat juga hadis bernombor 3812 sebagai sokongan terhadap keistimewaan bulan rajab pada malam harinya.

Adapun hadith yang menunjukkan Nabi SAW melarang umatnya berpuasa di bulan rejab bukanlah satu larangan yang bersifat mutlak. Bahkan bertentangan dengan anjuran berpuasa sunat dalam Islam. Tambahan pula, hadith tersebut diriwayatkan oleh Daud bin ‘Atha al-Madani. Beliau merupakan perawi hadith yang dhaif. Para ulamak bersepakat mendhaifkan periwayatannya termasuk Imam Ibn Jauziy menerusi kitabnya al-‘Ilal al-Mutanahiyah. [Ahmad bin Abu Bakar al-Kinani, Misbah al-Zujajah, 1403H, Dar al-‘Arbiah : Beirut , hlm 78 juz 2]

Demikian juga dapat kita lihat pada kitab Nailul Authar;

وَأَمَّا حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ عِنْدَ ابْنِ مَاجَهْ بِلَفْظِ : إنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { نَهَى عَنْ صِيَامِ رَجَبٍ }
فَفِيهِ ضَعِيفَانِ : زَيْدُ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ ، وَدَاوُد بْنُ عَطَاءٍ .

[lihat karangan Imam as-Syaukani, hal. 315, juz. 4.]

Setelah disajikan beberapa keterangan di atas, maka sayugianya kita memperbaiki diri, menambah amal dangan amalan sholeh yang terpayung daripada sumber syariat yang benar. Ambillah kesempatan masa, umur dan nafas kurniaan Ilahi ini dengan bersyukur kepada Rabbul Izzati melalui pernyataan syukur lidah dan amalan yang sholeh.

Jika membuka mata hati kita, kita meneliti beberapa dalil di atas. Sungguh kemuliaan dan kelebihan rajab itu terpayung melalui nas al-Quran dan kalam Saiyyidul Mursalin yang Sahih.

Berdasarkan dalil itulah maka kita berlumba-lumba mempertingkatkan amalan mulia, beristighfar memohon keampunan di atas dosa-dosa kita yang tidak terhitung, berzikir mengingati serta memuja muji keagungan Rabbul 'Alamin, berdoa kepada tuhan yang sentiasa mendengar rintihan hambaNya, berpuasa bagi menunaikan zakat badan serta menghidupkan malam dengan membaca al-Quran dan solat-solat sunat, yang mana semua amalan-amalan ini terpayung di bawah nas-nas sahih yang tidak bisa kita sangkal lagi.

Adapun lain-lain hadith yang dhoif, ianya tidak boleh dipinggirkan begitu sahaja. Bahkan ia dijadikan sebagai pemangkin, pengobar semangat, menggemar dan memotivasikan diri kita, yang fitrah diri kita ini sukakan ganjaran-ganjaran yang hebat.

Tidak dinafikan lagi bahawa para ulamak telah sepakat (ittifaq) akan keharusan beramal dengan hadith dhoif dalam perkara-perkara fadhilat. Imam Nawawi rahimahullahu ta’ala menegaskan dalam Arba’in nya;

وقد اتفق العلماء على جواز العمل بالحديث الضعيف في فضائل الأعمال

“Dan sesungguhnya telah sepakat para ulamak di atas keharusan beramal dengan hadith dhoif pada perkara fadhilat-fadhilat amal” [Matnul Arba’ina Hadithan an-Nawawiyah, hal. 2]

Maka tidaklah sayogianya kita membid’ahkan seseorang itu apabila ia berpuasa di bulan rajab umpamanya, disebabkan hatinya tersentuh dengan ganjaran yang terdapat di dalam sesebuah hadith dhoif. Kerana sesungguhnya ibadah puasa itu telah umum diketahui bahawa ia ibadah kegemaran Rasulullah saw dan dapat kita lihat telah tercatit di dalam kitab-kitab hadith yang shahih. Hanya saja hadith dhoif tersebut menggemarkan si pelaku dalam mentarbiyyah diri memperbanyak amalan-amalan sholeh.

Bulan rajab yang mulia ini, begitu juga bulan-bulan yang lain yang dimuliakan oleh Allah swt, haruslah diisi dan diihya’kan dengan amalan-amalan yang mulia. Membid’ahkan seseorang yang ingin melaksanakan suatu amalan yang mulia adalah satu perbuatan yang tidak mulia. Apatah lagi jika diqasadkan dengan bid’ah dholalah, yang akan dihumban ke dalam neraka. Sungguh ini bukanlah perbuatan yang mulia!.

Saya (hamba yang mengaku faqir, yang mengharap rahmat Allah Ta’ala) sering diadu tentang perkara ini. Sahabat-sahabat dan murid sering bertanya akan masalah ini. Kasihan mereka ini. Dituduh sebagai pelaku bid’ah, diejek bahawa Neraka adalah tempat tinggalnya.

Walhal telah dinyatakan, mereka ini beramal dengan amalan yang nasnya adalah shahih. Hanya saja yang dhoif itu menggemarkan mereka dalam beramal. Saya memohon kepada Allah swt agar menggolongkan kita dikalangan orang-orang yang sabar.

Namun ingin juga dinyatakan di sini. Seorang ulama` yang Muhaqqiq al-Imam al-Allamah Ibnu Hajar Al-Haitami, wafat tahun 974, telah menerangkan dengan jelas lagi nyata, akan fungsi hadits-hadits dhaif yang berkisar dalam kelebihan (fadhilat) rajab, terutama masalah Puasa Rajab ini. Perhatikan perkataannya :

“Sesungguhnya para ulama’ telah menetapkan bahawa hadits-hadits dhaif, mursal, munqothi’, mu’dhal dan mauquf diamalkan dengannya pada fadho`ilil a’mal atas dasar IJMA’. Maka tidak syak lagi bahawa berpuasa Rajab adalah sebahagian daripada fadho`ilil a’mal. Memadailah padanya dengan hanya berdalilkan hadits-hadits dhaif dan yang sepertinya, tiadalah diingkari demikian itu MELAINKAN ORANG-ORANG YANG JAHIL YANG TERPEDAYA”. – (Intaha) [rujuk kitab al-Fatawa al-Kubro al-Fiqhiyah karangan beliau, juz 2, hal 5, cet.Darul Kutub al-Ilmiah.]

Semoga Allah swt memberi taufiq dan inayahNya kepada kita semua agar menjadi hamba-hambaNya yang memiliki amal yang ikhlas, yang diredhai dan diterima oleh ar-Rahman, serta amalan tersebut mampu dijadikan sebagai bekal ketika kita semua kembali menemui Allah Azza wa Jalla. Amin..


“Ya Allah, dengan berkat keKuasaanMu yang mencipta dua belas bulan dalam setahun, dengan berkat keAgonganMu yang menjadikan empat bulan padanya sebagai bulan-bulan haram, dengan berkat bulan rajab yang mulia ini, ya Allah… hamba Mu ini memohon agar diampunkan dosa-dosa ibu bapa hamba, ampunkan dosa-dosa para guru-guru hamba, ampunkan dosa-dosa ahli keluarga hamba, ampunkan dosa-dosa sekelian mukminin yang terdahulu menerima Islam dan iman daripada hamba.. ampunkan dosa-dosa mereka ya Allah.. ampunkan juga sekelian mukminin yang sezaman dengan hamba.. dan ampunkanlah dosa-dosa sekelian mukmin yang kemudian daripada hamba… ampunkan dosa-dosa mereka ya Allah… ampunkanlah ya Allah..”

“Ya Allah.. Ya Rahman.. Ya Rahim.. akhirnya Ya Allah.. akhirnya Ya Allah.. akhirnya ampunkan segala dosa dosa dosa dosa dan dosa hamba Mu yang faqir ini ya Allah… ampun ya Allah… ampun ya Allah… ampun ya Allah… hambaMu ini benar-benar mohon ampun ya Allah… air mata ini menjadi saksi ya Allah… hambaMu ini benar-benar mohon ampun ya Allah… sesungguhnya Dikaulah yang Maha Pengampun.. yang Maha menerima taubat hamba-hambaMu… terimalah ya Allah… Amin.. ya Arhamar Raahimin… amin.. amin..”


Sekian, salam tarbiyyah dari hamba.

alFaqir arRajiy ila Rahmati Allah alQadir,
IBNU MASRAN AL-BANJARI